Silsilah Lebaran Hingga Ada Makanan Khas Ketupat
Sumber foto ilustrasi pinterest

Silsilah Lebaran Hingga Ada Makanan Khas Ketupat

SiwinduMedia.com – Ketupat merupakan salah satu makanan wajib hadir di saat perayaan hari raya Idul Fitri, hampir di setiap rumah menyediakan menu tradisional ini. Ketupat menjadi hidangan istimewa khususnya bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan catatan yang dihimpun detikcom, ketupat sudah dikenal sejak abad 15 pada era Kerajaan Demak. Ahli sejarah asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf, dalam bukunya ‘Malay Annual’, dikatakan ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak.
Ketupat berasal dari kata “Kupat” dan memiliki arti ganda yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain:
1. Lebaran, dari kata dasar ‘lebar’ artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain.
2. Luberan, dari kata dasar ‘luber’ artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan.
3. Leburan, dari kata dasar ‘lebur’ artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun.
4. Laburan, merupakan kata lain ‘kapur’ bermakna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi. Leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri).
Makanan tradisional berbahan dasar beras yang dimasak melalui cara direbus dan dikemas dalam anyaman Janur ini memiliki arti tersendiri. Isian beras pada Ketupat dilambangkan sebagai hawa nafsu. Daun kelapa muda atau Janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati (hati nurani). Jika digabungkan, Ketupat memiliki arti manusia yang menahan nafsu dengan mengikuti hati nurani.
Berdasarkan informasi yang dilansir dari berbagai sumber, tradisi ketupat ini berawal dari penyebaran agama Islam di pulau Jawa oleh Sunan Kalijaga. Seperti diketahui, Sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Sunan Kalijaga menjadikan Ketupat sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman. Dimana membaurkan pengaruh budaya Hindu pada nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya.
Tradisi mengantar ketupat biasa diantarkan dari kerabat yang lebih muda kepada kerabat yang lebih tua dan diartikan sebagai simbol kebersamaan.
Sunan Kalijaga membagikan Ketupat sebagai sarana berdakwah dalam menyebarkan agama Islam. Hal tersebut merupakan salah satu pendekatan budaya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dalam mengajak penduduk pulau Jawa untuk memeluk agama Islam pada masa itu.
Baru setelah agama Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan khas perayaan besar agama Islam, seperti lebaran Idul fitri.

Baca Juga:  Sibuk!! Warga Bersiap Sambut Hari Raya Idul Fitri

Cek Juga

Kiai Ponpes di Kecamatan Garawangi Do’akan Yanuar Prihatin jadi Bupati

SiwinduMedia.com – Gabungan tokoh agama di Kecamatan Garawangi yang terdiri dari kyai pimpinan Pondok Pesantren …